Lompat ke pertanyaan:
Hal ini kita lakukan karena di dalam Yesus Kristus, Penyelamat semua orang yang, merindukan keselamatan dari Allah dengan tulus hati, kita tetap bersatu padu dengan mereka. Dalam iman akan Kristus itu, kita percaya bahwa apa yang kita namakan Persekutuan para Kudus meliputi baik kita yang masih hidup di dunia ini, maupun semua Orang Kudus di surga, dan semua orang yang telah meninggal. Bersama-sama kita membentuk dan terhimpun di dalam satu Gereja, yaitu Tubuh Mistik Kristus. Hari ini kita secara khusus mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia. Maka kiranya ada baiknya kita menyadari makna peristiwa kematian menurut ajaran iman kita. Bagi kita orang Kristen saat kematian sesungguhnya merupakan peristiwa puncak kehidupan. Hidup kita tidak lenyap, melainkan hanya diubah. Kita percaya bahwa sesudah pengembaraan kita di dunia ini selesai, tersedialah bagi kita kediaman abadi di surga. Kematian bagi kita merupakan saat kita mempercayakan diri secara total kepada Kristus, kebangkitan dan kehidupan kita saat perjumpaan abadi dengan Dia, pokok pengharapan kita, yang mengantar kita pulang ke rumah Bapa.
Atas dasar iman itu, kita memohon agar saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia disucikan dari segala dosanya, dibebaskan dari segala hambatan dan noda, dan boleh menikmati kebahagiaan kekal di sisi kanan Allah, Bapa kita, serta boleh bersama-sama para kudus di surga memandang wajah Allah yang dirindukannya. Hari kenangan dan peringatan ini pun sekaligus memberi penghiburan rohani bagi kita, bahwa kelak kita akan berjumpa kembali dengan saudara-saudara yang telah mendahului kita, untuk bersama Maria memuji dan memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus. Kita pun pada suatu ketika akan meninggalkan dunia ini dan pulang kepada Bapa di surga. Tetapi kita percaya bahwa hidup atau mati, kita tetap milik Kristus.
Api Penyucian atau ‘purgatorium’ adalah ‘tempat’/ proses kita disucikan.
Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian.
Pemurnian di dalam Api Penyucian adalah sangat berlainan dengan siksa neraka.
Kita dapat membantu jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian dengan doa-doa kita, terutama dengan mempersembahkan ujud Misa Kudus bagi mereka. Terkhusus di bulan November ini yakni 1-8 November kita dapat memohonkan rahmat Indulgensi Penuh bagi mereka yang sudah meninggal yakni
Mengunjungi makam dan/atau mendoakan arwah orang yang meninggal.
Banyak yang ngomong bahwa perayaan Natal berasal dari perayaan kafir (dewa matahari yang lahir pada tanggal 25 Desember yang baru muncul pada abad ketiga atau keempat), oke saja jika ada yang berpandangan seperti itu, tapi ada yang berpandangan lain, saya ikut yang berpandangan lain itu. Salah satu data kuno menyatakan bahwa Natal sudah dirayakansejak tahun 126 M, misa pada tanggal 24 Desember di Roma oleh Paus Telephorus (125-136M) dalam buku yang berjudul Liber Pontificalis : (Catatan tentang pemimpin-pemimpin Gereja Roma). Jadi Natal tidak dinyatakan dalam Tradisi Tertulis(Kitab Suci), melainkan berdasarkan Tradisi Lisan (yang dihidupi oleh Gereja). Data kuno (220M) juga mengatakan bahwa “Perayaan Natal hendaknya dirayakan pada 8 hari sebelum Januari itu” berarti tanggal 24 Desember (malam)
Untuk Gereja Katolik (khususnya Roma) dengan pertimbangan makna adven dan mendasarkan diri pada Tradisi Lisan, maka sangat kurang tepat kiranya jika Natal dirayakan pada tanggal sebelum tanggal yang ditetapkan.
Semua simbol itu menyimpan makna khusus terkait Hari Natal. Simbol itu perlu, namun jauh lebih penting adalah makna yang disimbolkannya, misalnya : Pohon Natal mengandung makna harapan dan kehidupan, Sinterklas mencerminkan sifat Yesus yang baik hati dan penuh kasih, lonceng merupakan lambang kegembiraan, Kandang Natal melambangkan kesederhanaan dan sebagainya. Memperhatikan makna tersebut bisa saja simbol disesuaikan dengan budaya setempat asalkan tidak mengubah arti dan makna yang hendak dinyatakan.